Thursday, November 27, 2008

Rio Tinto is next, after Citibank, GM, Chrysler and Ford

Currently Rio Tinto'd debt stood at $42billions, and market capitalization, by value of shares stood at $36billion, and losing its value fast. True that Rio Tinto assets are quality during commodity boom era.
But things has changed for the worse in commodity sector for the past month. Commodity prices plunging, marked by plunging consumer demand in USA, Europe and now China and India.

this article was cut from bloomberg.

Rio Tinto’s $5 Billion Debt May Be Cut by Moody’s (Update4)
Email | Print | A A A

By Jesse Riseborough

Nov. 26 (Bloomberg) -- Rio Tinto Group, the subject of a failed hostile takeover from BHP Billiton Ltd., may have the rating on $5 billion of its debt cut by Moody’s Investors Service after a slump in prices for metals and raw materials.

Rio tumbled 34 percent in Sydney, its biggest drop in 21 years, after BHP yesterday scrapped the $66 billion bid, raising concern the London-based company may struggle to repay $42.1 billion of debt used to buy Alcan Inc. The “high-level” debt of Rio, whose market value has fallen to $36 billion, was a factor in the ratings review, Moody’s said in a statement.

“The fact that the debt is bigger than the market cap is a pretty nasty situation,” Evy Hambro, managing director of BlackRock Investment Management Ltd.’s $4.7 billion World Mining Fund, told reporters today in Melbourne. “Rio Tinto has got some world-class assets in its portfolio and they will obviously have to find a way of rebalancing the debt and equity mix.”

Rio Chairman Paul Skinner today said he’s “comfortable” the company’s debt position is manageable, paying an average interest rate of 2.85 percent. The company remains committed to asset sales following the Alcan transaction last year and doesn’t need to sell new shares, he said. Moody’s has an A3 rating on Rio’s long-term debt.

Weak Demand

“The review reflects Moody’s expectation that Rio Tinto’s mid-term performance is likely to be adversely impacted by negative market conditions for key metals such as copper and aluminum,” Moody’s said. “Given the slowdown in global steel production, greater uncertainty exists with respect to mid-term volumes and prices in iron ore, an important business segment.”

Rio Tinto fell A$21.89 to A$42.01 at the 4:10 p.m. Sydney time close on the Australian stock exchange. BHP rose 3.9 percent to A$27.25.

“In the last few weeks investors were already starting to focus on the Rio Tinto debt position,” Tony Robson at BMO Capital Markets in Toronto, said today by phone. “That will become more and more of an issue in the weeks ahead.”

Rio Chief Executive Officer Tom Albanese is battling weakening world demand for aluminum that has pushed stockpiles to the highest since 1994 and set prices on course for the biggest annual drop in 17 years. Rio said last month it would review project spending and may delay $10 billion of asset sales to reduce debt from its purchase of aluminum maker Alcan.

‘Debacle for Holders’

The debt acquired to buy Alcan, “scuttled this deal and has cost Rio shareholders very dearly,” Charlie Aitken, head of institutional dealing at Southern Cross Equities Ltd., said today in a note. “For Rio shareholders this is nothing short of a debacle. Instead of a takeover premium they may well be forced to stump up more cash to restore Rio’s balance sheet.”

Moody’s today changed its outlook on $9 billion of BHP’s debt to “stable” from “negative” after the offer was scrapped, the ratings agency said today in a separate statement. Credit-default swaps on BHP tumbled 130 basis points to 320, according to Citigroup Inc. prices yesterday in London. Contracts on Rio jumped 50 basis points to 800.

The swaps, contracts conceived to protect bondholders against default, pay the buyer face value in exchange for the underlying securities or the cash equivalent should a country or company fail to adhere to its debt agreements. A rise indicates deterioration in the perception of credit quality; a decline the opposite.

Rio’s “high level of debt following the 2007 debt-financed acquisition of Alcan is also a factor in the review,” Moody’s said. “A key factor in the review will be the company’s ability to execute on its divestiture program and reduce debt over the next 12 months, including the $8.9 billion maturity in October 2009.”

Debt Finance

Rio had its rating outlook cut by Moody’s earlier this month to “developing” from “positive.” Australia’s mining and materials companies may face a cooling credit outlook because of the tightening availability of debt finance and the prospect of weakening economics, Standard & Poor’s Ratings Services said Oct. 2. BHP’s ratings weren’t immediately affected by the decision to ditch the Rio bid, Standard & Poor’s Ratings Services said today in a statement.

“The balance sheet is not quite as strong as it could be,” Hugh Young, managing director at Aberdeen Asset Management Ltd. in Singapore, who oversees $45.1 billion in assets including about 1.4 percent of Rio’s London stock, said yesterday by phone. “So that is a matter of concern for all shareholders.”

Sunday, November 02, 2008

Ayat Ayat Cinta

I have been reading this Indonesian love story for the past week.

Its beautiful.
Its full of lessons in life, of love and of where we are going, to Allah.

here is a snip, and the link to download the story.

Ayat Ayat Cinta
Novel Pembangun Jiwa


Karya
Habiburrahman Saerozi
Alumnus Universitas Al Azhar, Cairo


1. Gadis Mesir Itu Bernama Maria

Tengah hari ini, kota Cairo seakan membara. Matahari berpijar di tengah petala langit. Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat-jilat bumi. Tanah dan pasir menguapkan bau neraka. Hembusan angin sahara disertai debu yang bergulung-gulung menambah panas udara semakin tinggi dari detik ke detik. Penduduknya, banyak yang berlindung dalam flat yang ada dalam apartemen-apartemen berbentuk kubus dengan pintu, jendela dan tirai tertutup rapat.
Memang, istirahat di dalam flat sambil menghidupkan pendingin ruangan jauh lebih nyaman daripada berjalan ke luar rumah, meski sekadar untuk shalat berjamaah di masjid. Panggilan azan zhuhur dari ribuan menara yang bertebaran di seantero kota hanya mampu menggugah dan menggerakkan hati mereka yang benar-benar tebal imannya. Mereka yang memiliki tekad beribadah sesempurna mungkin dalam segala musim dan cuaca, seperti karang yang tegak berdiri dalam deburan ombak, terpaan badai, dan sengatan matahari. Ia tetap teguh berdiri seperti yang dititahkan Tuhan sambil bertasbih tak kenal kesah. Atau, seperti matahari yang telah jutaan tahun membakar tubuhnya untuk memberikan penerangan ke bumi dan seantero mayapada. Ia tiada pernah mengeluh, tiada pernah mengerang sedetik pun menjalankan titah Tuhan.
Awal-awal Agustus memang puncak musim panas.
Dalam kondisi sangat tidak nyaman seperti ini, aku sendiri sebenarnya sangat malas keluar. Ramalan cuaca mengumumkan: empat puluh satu derajat celcius! Apa tidak gila!? Mahasiswa Asia Tenggara yang tidak tahan panas, biasanya sudah mimisan, hidungnya mengeluarkan darah. Teman satu flat yang langganan mimisan di puncak musim panas adalah Saiful. Tiga hari ini, memasuki pukul sebelas siang sampai pukul tujuh petang, darah selalu merembes dari hidungnya. Padahal ia tidak keluar flat sama sekali. Ia hanya diam di dalam kamarnya sambil terus menyalakan kipas angin. Sesekali ia kungkum, mendinginkan badan di kamar mandi.
Dengan tekad bulat, setelah mengusir segala rasa aras-arasen aku bersiap untuk keluar. Tepat pukul dua siang aku harus sudah berada di Masjid Abu Bakar Ash-Shidiq yang terletak di Shubra El-Khaima, ujung utara Cairo, untuk talaqqi pada Syaikh Utsman Abdul Fattah. Pada ulama besar ini aku belajar qiraah sab’ah dan ushul tafsir . Beliau adalah murid Syaikh Mahmoud Khushari, ulama legendaris yang mendapat julukan Syaikhul Maqari’ Wal Huffadh Fi Mashr atau Guru Besarnya Para Pembaca dan Penghafal Al-Qur’an di Mesir.
Jadwalku mengaji pada Syaikh yang terkenal sangat disiplin itu seminggu dua kali. Setiap Ahad dan Rabu. Beliau selalu datang tepat waktu. Tak kenal kata absen. Tak kenal cuaca dan musim. Selama tidak sakit dan tidak ada uzur yang teramat penting, beliau pasti datang. Sangat tidak enak jika aku absen hanya karena alasan panasnya suhu udara. Sebab beliau tidak sembarang menerima murid untuk talaqqi qiraah sab’ah. Siapa saja yang ingin belajar qiraah sab’ah terlebih dahulu akan beliau uji hafalan Al-Qur’an tiga puluh juz dengan qiraah bebas. Boleh Imam Warasy. Boleh Imam Hafsh. Atau lainnya. Tahun ini beliau hanya menerima sepuluh orang murid. Aku termasuk sepuluh orang yang beruntung itu. Lebih beruntung lagi, beliau sangat mengenalku. Itu karena, di samping sejak tahun pertama kuliah aku sudah menyetorkan hafalan Al-Qur’an pada beliau di serambi masjid Al Azhar, juga karena di antara sepuluh orang yang terpilih itu ternyata hanya diriku seorang yang bukan orang Mesir. Aku satu-satunya orang asing, sekaligus satu-satunya yang dari Indonesia. Tak heran jika beliau meng-anakemas-kan diriku. Dan teman-teman dari Mesir tidak ada yang merasa iri dalam masalah ini. Mereka semua simpati padaku. Itulah sebabnya, jika aku absen pasti akan langsung ditelpon oleh Syaikh Utsman dan teman-teman. Mereka akan bertanya kenapa tidak datang? Apa sakit? Apa ada halangan dan lain sebagainya. Maka aku harus tetap berusaha datang selama masih mampu menempuh perjalanan sampai ke Shubra, meskipun panas membara dan badai debu bergulung-gulung di luar sana. Meskipun jarak yang ditempuh sekitar lima puluh kilo meter lebih jauhnya
.


DOWNLOAD HERE


I particularly like the end.

Sampai ayat sembilan puluh sembilan aku berhenti karena Babur Rahmah terbuka perlahan. Seorang perempuan yang luar biasa anggun dan sucinya keluar mendekatiku dan berkata,
“Aku Maryam. Yang baru saja kau sebut dalam ayat-ayat suci yang kau baca. Aku diutus oleh Allah untuk menemuimu. Dia mendengar haru biru tangismu. Apa maumu?”
“Aku ingin masuk surga. Bolehkah?”
“Boleh. Surga memang diperuntukkan bagi semua hamba-Nya. Tapi kau harus tahu kuncinya?”
“Apa itu kuncinya?”
“Nabi pilihan Muhammad telah mengajarkannya berulang-ulang. Apakah kau tidak mengetahuinya?”
“Aku tidak mengikuti ajarannya.”
“Itulah salahmu.”
“Kau tidak akan mendapatkan kunci itu selama kau tidak mau tunduk penuh ikhlas mengikuti ajaran Nabi yang paling dikasihi Allah ini. Aku sebenarnya datang untuk memberitahukan kepadamu kunci masuk surga. Tapi karena kau sudah menjaga jarak dengan Muhammad maka aku tidak diperkenankan untuk memberitahukan padamu.”
Bunda Maryam lalu membalikkan badan dan hendak pergi. Aku langsung menubruknya dan bersimpuh dikakinya. Aku menangis tersedu-sedu. Memohon agar diberitahu kunci surga itu. “Aku hidup untuk mencari kerelaan Tuhan. Aku ingin masuk surga hidup bersama orang-orang yang beruntung. Aku akan melakukan apa saja, asal masuk surga. Bunda Maryam tolonglah berilah aku kunci itu. Aku tidak mau merugi selama-lamanya.” Aku terus menangis sambil menyebut-nyebut nama Allah. Akhirnya hati Bunda Maryam luluh. Dia duduk dan mengelus kepalaku dengan penuh kasih sayang,
“Maria dengarkan baik-baik! Nabi Muhammad Saw. telah mengajarkan kunci masuk surga. Dia bersabda, ‘Barangsiapa berwudhu dengan baik, kemudian mengucapkan: Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya) maka akan dibukakan delapan pintu surga untuknya dan dia boleh masuk yang mana ia suka!’ Jika kau ingin masuk surga lakukanlah apa yang diajarkan olah Nabi pilihan Allah itu. Dia nabi yang tidak pernah bohong, dia nabi yang semua ucapannya benar. Itulah kunci surga! Dan ingat Maria, kau harus melakukannya dengan penuh keimanan dalam hati, bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Tanpa keimanan itu, yang kau lakukan sia-sia. Sekarang pergilah untuk berwudhu. Dan cepat kembali kemari, aku akan menunggumu di sini. Kita nanti masuk bersama. Aku akan membawamu ke surga Firdaus!”
Setelah mendengar nasihat dari Bunda Maryam, aku lalu pergi mencari air untuk wudhu. Aku berjalan ke sana kemari namun tidak juga menemukan air. Aku terus menyebut nama Allah. Akhirnya aku terbangun dengan hati sedih. Aku ingin masuk surga. Aku ingin masuk surga. Aku ingin ke sana, Bunda Maryam menungguku di Babur Rahmah. Itulah kejadian atau mimpi yang aku alami. Oh Fahri suamiku, maukah kau menolongku?”
“Apa yang bisa aku lakukan untukmu, Maria?”
“Bantulah aku berwudhu. Aku masih mencium bau surga. Wanginya merasuk ke dalam sukma. Aku ingin masuk ke dalamnya. Di sana aku berjanji akan mempersiapkan segalanya dan menunggumu untuk bercinta. Memadu kasih dalam cahaya kesucian dan kerelaan Tuhan selama-lamanya. Suamiku, bantu aku berwudhu sekarang juga!”
Aku menuruti keinginan Maria. Dengan sekuat tenaga aku membopong Maria yang kurus kering ke kamar mandi. Aisha membantu membawakan tiang infus. Dengan tetap kubopong, Maria diwudhui oleh Aisha. Setelah selesai, Maria kembali kubaringkan di atas kasur seperti semula. Dia menatapku dengan sorot mata bercahaya. Bibirnya tersenyum lebih indah dari biasahnya. Lalu dengan suara lirih yang keluar dari relung jiwa ia berkata:
Asyhadu an laa ilaaha illallah
wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh!
Ia tetap tersenyum. Menatapku tiada berkedip. Perlahan pandangan matanya meredup. Tak lama kemudian kedua matanya yang bening itu tertutup rapat. Kuperiksa nafasnya telah tiada. Nadinya tiada lagi denyutnya. Dan jantungnya telah berhenti berdetak. Aku tak kuasa menahan derasnya lelehan air mata. Aisha juga. Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun!
Maria menghadap Tuhan dengan menyungging senyum di bibir. Wajahnya bersih seakan diselimuti cahaya. Kata-kata yang tadi diucapkannya dengan bibir bergetar itu kembali terngiang-ngiang ditelinga:
“Aku masih mencium bau surga. Wanginya merasuk ke dalam sukma. Aku ingin masuk ke dalamnya. Di sana aku berjanji akan mempersiapkan segalanya dan menunggumu untuk bercinta. Memadu kasih dalam cahaya kesucian dan kerelaan Tuhan selama-lamanya.”
Sambil terisak Aisha melantunkan ayat:
Yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah
irji’ii ilaa Rabbiki
raadhiyatan mardhiyyah
Fadkhulii fii ‘ibaadii
wadkhulii jannatii

(Hai jiwa yang tenang
Kembalilah kamu kepada Tuhanmu
dengan hati puas lagi diridhai
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu
Maka masuklah ke dalam surga-Ku.
)
Saat itu Madame Nahed, terbangun dari tidurnya dan bertanya sambil mengucek kedua matanya, “Kenapa kalian menangis?”
Kaca jendela mengembun. Musim dingin sedang menuju puncaknya. O, apakah di surga sana ada musim dingin? Ataukah malah musim semi selamanya? Ataukah musim-musim di sana tidak seperti musim yang ada di dunia?